Pelajaran indah hari ini. KEJUJURAN dan KETELITIAN.
Ceritanya belanja handuk dan teman-temannya di sebuah pertokoan besar. Ketika membayar, sembari menunggu kasir menghitung pembelian, saya dan HanSa, anak-anak saya, sibuk melihat barang-barang yang dijual dengan harga murah untuk pembelian diatas 100ribu. Saat sibuk begitu, kasir meminta sejumlah uang . Lalu kasir menyerahkan tas belanja tanpa menyertakan struk pembelian. Sempat bingung kenapa saya nggak diberi struk pembelian. Aaaah..mungkin sudah dimasukkan dalam tas belanja, pikir saya.
Menapaki tangga tiba-tiba saya teringat struk yang seharusnya saya terima. Biasanya struk di streples di plastik belanja. Tapi tadi saya lihat tas di streples tanpa struk. Dicari dalam tas plastik pun tidak ada. Maka saya putuskan kembali ke kasir. Supaya saya bisa mengecek pembelian. Jika tidak sesuai paling tidak ada bukti yang saya miliki.
Akhirnya saya mendapat struk pembelian. Tapi jumlah yang tertera di struk tidak sesuai dengan jumlah uang yang saya serahkan. Selisihnya Rp 19.500,- . Jumlah yang lumayan ya?! Kasir memberikan alasan yang nggak masuk akal. Karena sudah masuk waktu maghrib, maka saya bersegera pulang tanpa banyak berpikir. Tentunya dengan sedikit pesan-pesan sponsor supaya kasir lebih berhati-hati.
Kesibukan saya mencermati struk, membuat saya tidak memperhatikan ekspresi wajah kasir. Bungsu sayalah yang memperhatikan. Katanya, “Mimay, wajah mbaknya kelihatan tegang. Apa wajah tegang si mbak menunjukkan si mbak nggak jujur ya?”. Mengingat kejanggalan-kejanggalan yang ada, saya jawab “Bisa jadi dek. Orang yang melakukan kesalahan biasanya tegang”.
Sepanjang perjalanan pulang saya terus memikirkan kejadian itu. Dan bertanya-tanya. Benarkah si mbak kasir tidak jujur??? Sembari membersihkan hati dari prasangka buruk, saya terus berpikir. Haruskah saya laporkan kejadian itu ke pihak manajemen toko? Jika saya lapor, si mbak bisa kena sangsi dipecat. Jika dipecat, sementara si mbak ternyata jadi tulang punggung keluarga, bagaimana? Daripada hati saya nggak tenang. Berkecamuk rasa yang ada. Kesal, kecewa dan merasa harus meluruskan yang bathil, maka dengan bismillah, saya pun kembali ke toko ba’da sholat isya. Sebelum pergi saya cek dulu belanjaan saya. Daftar belanja yang ada di struk sudah sesuai dengan nota yang ada di barang belanjaan. Tapi barang yang ada nggak saya cek seluruhnya.
Setiba di hadapan si mbak kasir, saya disambut dengan…”Ibu, maaf, barangnya ada yang tertinggal. Saya cari kemana-mana ibu sudah nggak ada”. O oww…lagi-lagi saya kurang teliti. Selanjutnya….bergulirlah klarifikasi dan konfirmasi diantara kami. Si mbak tetap dengan argumentasinya, meski mengaku salah karena tidak teliti. Oke deeeeehh….saya serahkan pada Allah yang paling berhak menilai, si mbak jujur atau tidak, karena dari argumentasinya masih ada yang janggal. Allah Maha Mengetahui. Paling tidak…ada poin positif si mbak mengaku salah karena nggak teliti. Ketika saya genggam tangan si mbak, masya Allah…dinginnya aaaaiiiii….tangan si mbak. Sementara suhu dalam ruangan tidak terlalu dingin. Si mbak pun sempat berkaca-kaca. Ketika saya bertanya apakah si mbak sudah berkeluarga. Bagaimana jika pihak manajemen tahu kesalahannya. Dan sedikit pesan saya padanya. Dengan hampir menangis si mbak memohon-mohon agar saya menyelesaikan masalah hanya dengannya. Mbak…tanpa diminta pun saya memang berniat cukup menyelesaikannya dengan mbak. Semoga ini juga jadi pelajaran indah mbak ya.
Alhamdulillah…lega… Rasa yang berkecamuk pun sirna. Allah ijinkan saya meluruskan permasalahan langsung pada yang bersangkutan tanpa harus ke pihak manajemen toko. Dasar saya yang mudah mewek…berlalu dari si mbak..saya pun berkaca-kaca. Karena malu dilihat banyak mata, air mata yang sudah di ujung mata saya tahan. Entahlah…pastinya kenapa saya berkaca-kaca saya pun nggak tahu. Apakah karena terharu atau karena lega sudah meluruskan yang bathil atau karena apa.
Alhamdulillah…ketika saya menyampaikan ketidaknyamanan saya itu kasir sedang sepi pengunjung seperti harapan saya. Anak-anak pun saya minta menjauh. Sehingga si mbak terhindar dari rasa dipermalukan.
Ya Rabb..hanya Engkau yang tahu kebenarannya. Apakah si mbak berdusta ataukah tidak. Beningkan hatinya untuk menerima kebenaran yang kusampaikan walau sedikit. Jadikan ia sebaik-baik ibu bagi anaknya, sebaik-baik istri bagi suaminya, sebaik-baik wanita, dan sebaik-baik karyawan. Limpahkan rizqi yang halal dan thoyib untuknya. Amiin…
Semoga cerita ini dapat menjadi pelajaran kita bersama. Semoga kita selalu jujur dalam perkataan dan perbuatan. Selalu teliti dan berhati-hati.
by: Ririn Mihandini ( Konsumen )
This content may perhaps grown to be mentioned pertaining to Twitting using a man. truly? Adidas Jeremy Scott