Sun. Oct 12th, 2025

Yogyakarta, Oktober 2025 — Lembaga Konsumen Yogyakarta (LKY) menyambut positif langkah Presiden Prabowo Subianto yang menunda sementara pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk dilakukan evaluasi. LKY menilai keputusan ini sebagai langkah strategis untuk memastikan program benar-benar memberikan manfaat bagi masyarakat yang membutuhkan serta berjalan secara efektif dan berkeadilan.

Menurut LKY, evaluasi yang dilakukan pemerintah sebaiknya tidak terbatas pada aspek teknis penyelenggaraan, tetapi mencakup tinjauan yang lebih komprehensif, antara lain mengenai ketepatan sasaran penerima manfaat, kualitas gizi pangan yang disediakan, serta dampak sosial ekonomi program MBG terhadap masyarakat luas.

Ketua LKY, Siti Mulyani, menegaskan bahwa sekolah-sekolah dengan peserta didik dari keluarga menengah ke atas mungkin kurang tepat menjadi penerima subsidi makan siang gratis. “Sumber daya pemerintah sebaiknya difokuskan pada anak-anak dari keluarga rentan dan berpenghasilan rendah. Untuk sekolah lainnya, pendekatan edukatif akan lebih bermanfaat dalam jangka panjang,” ujarnya.

Sebagai alternatif, LKY mendorong pemerintah untuk menyelenggarakan program edukasi tentang pangan sehat bagi anak-anak dan orang tua. Edukasi ini penting agar anak-anak sejak dini memahami tidak hanya apa itu makanan sehat, tetapi juga bagaimana mengenali makanan yang tidak layak konsumsi.

“Anak-anak perlu diedukasi tentang tanda-tanda makanan yang sudah basi, berjamur, berbau tidak sedap, berubah warna, atau terkontaminasi bakteri dan kotoran,” lanjut Siti. “Pengetahuan sederhana seperti ini menjadi bentuk perlindungan konsumen sejak dini, agar mereka lebih waspada dan mampu memilih makanan dengan bijak.”

Pasar Sehat Inklusif: Belanja Pangan Lokal Ramah Lingkungan

Komitmen LKY terhadap edukasi pangan sehat diwujudkan melalui kegiatan Pasar Sehat Inklusif yang digelar pertama kali pada 13 September 2025 di Kantor LKY Yogyakarta. Pasar ini menghadirkan berbagai produk pangan segar dan olahan lokal yang bebas dari residu bahan kimia berbahaya dan dengan budidaya ramah lingkungan.

Di antara produk yang ditampilkan terdapat jajanan sehat favorit anak-anak, seperti es krim, kue, dan permen yang telah diperkaya dengan sayuran dan tanaman herbal (empon-empon) seperti temulawak, kunyit, jahe, dan kelor. Bahan-bahan alami ini bukan hanya menambah cita rasa, tetapi juga meningkatkan nilai gizi dan daya tahan tubuh anak.

Kegiatan ini menjadi sarana edukatif yang memperkenalkan kepada anak-anak bahwa pangan lokal bisa menjadi pilihan yang sehat, aman, dan bergizi tinggi. Melalui interaksi langsung dengan produsen dan pelaku usaha kecil, anak-anak belajar menghargai proses produksi pangan yang bertanggung jawab dan ramah lingkungan. Kedepannya LKY berharap Pasar Sehat Inklusif dapat digelar secara rutin.

Workshop Multistakeholder juga diadakan, yang mempertemukan perwakilan pemerintah, penggerak pangan lokal, dan produsen pertanian organik. Harapan yang kuat muncul bahwa pemerintah dan pemangku kepentingan akan tetap berkomitmen untuk mendukung program-program yang memprioritaskan pangan lokal, sambil menempatkan sekolah dan komunitas sebagai subjek aktif dalam gerakan untuk pangan sehat berbasis lokal yang juga memperhatikan keberlanjutan lingkungan.

“Pendidikan tentang pangan sehat adalah investasi jangka panjang untuk masa depan bangsa. Ketika anak-anak tumbuh dengan kesadaran gizi dan kepedulian terhadap pangan lokal, kita sedang menyiapkan generasi yang sehat, cerdas, dan mandiri,” tutup Siti Mulyani.